Mensos Risma jelaskan soal 21 juta data ganda penerima bansos ke DPR
Menteri Sosial Tri Rismaharini menyatakan, temuan 21 juta data ganda penerima bantuan sosial (bansos) setelah adanya pemadanan data dengan data kependudukan dan catatan sipil (Dukcapil) kepada DPR.
Risma menerangkan, terdapat sejumlah temuan dari BPK, BPKP dan KPK terkait bantuan sosial pada tahun 2020.
BPKP menyampaikan terdapat 3.877.965 data NIK penerima bansos yang tidak valid. Kemudian terdapat 41.985 duplikasi data keluarga penerima manfaat (KPM) dengan nama dan NIK yang sama.
Terdapat penerima bansos yang tidak layak/tidak miskin/tidak rentan sebanyak 3.060 KPM di Jabotabek. Terdapat KPM telah pindah/meninggal tanpa ahli waris/tidak dikenal/tidak ditemukan sebanyak 6.921 KPM.
Selanjutnya, temuan BPK terdapat data NIK tidak valid sebanyak 10.992.479 ART, nomor KK tidak valid sebanyak 16.373.682 ART, nama kosong sebanyak 5.702 ART serta NIK ganda sebanyak 86.465 ART pada DTKS penetapan Januari 2020.
Bantuan sosial tunai senilai Rp 500.000 untuk KPM sembako non PKH disalurkan kepada 14.475 KPM yang memiliki NIK ganda dan 239.154 KPM yang memiliki NIK tidak valid.
Kemudian, temuan KPK didapati sejumlah 16.796.924 data tidak padan dukcapil, pemutakhiran DTKS berpotensi inefisien dan tumpang tindih. Rekomendasi KPK yakni perlu pemadanan data DTKS dengan Dukcapil, penggunaan NIK sebagai key field
Rekomendasi BPKP Kementerian Sosial berkoordinasi dengan Dirjen Dukcapil Kemendagri untuk menyelesaikan NIK dan seterusnya.
Risma menegaskan, ke depannya penyaluran bansos berbasis data New DTKS yang merupakan penyatuan keempat data. Yakni data DTKS, PKH, BPNT dan BST.
"Penyatuan 4 pulau data yakni DTKS, PKH, BPNT, BST kami satukan, inilah kenapa keluar 21 juta data (ganda)," ujar Risma saat rapat kerja dengan Komisi VIII DPR, Senin (24/5).
Risma mengatakan, penyelenggara pemutakhiran DTKS adalah Kementerian Sosial di bawah Pusdatin Kemensos dan mencakup seluruh pemerintah daerah (Pemda) se Indonesia. Data per Juli 2020, menunjukkan bahwa mayoritas pemerintah daerah justru sudah melakukan DTKS.
Yakni 406 pemda melakukan finalisasi data dimana 331 pemda melakukan verifikasi dan validasi kepada lebih dari 10 persen jumlah DTKS nya; 63 pemda tidak melakukan pemutakhiran per Juli 2020; dan 48 pemda belum pernah melakukan update sama sekali sejak 2015.
"Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa pandemi covid-19 secara tidak langsung telah menggugah partisipasi pemerintah daerah untuk berkontribusi dalam bentuk pemutakhiran DTKS," ucap Risma.
Referensi
https://nasional.kontan.co.id/news/mensos-risma-jelaskan-soal-21-juta-data-ganda-penerima-bansos-ke-dpr
2 Comments
Menurut saya nih ya, kayaknya penerima bantuan baik itu bansos ataupun bantuan lainnya ada sebagian yang memang kurang tepat sasaran di beberapa daerah, penilaian kriteria penerima sepertinya kurang spesifik, beberapa karena faktor kedekatan dengan pengurus setempat baik itu RT ataupun RW misalnya
ReplyDeleteVerifikasi dan validasi bisa dilakukan untuk calon keluarga penerima manfaat sehingga calon keluarga penerima manfaat bisa tepat sasaran, tepat penerima, tepat manfaat sesuai harapan program yang disiapkan
ReplyDeleteTerima kasih